KATA
PENGANTAR
Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun
makalah ini mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami
dapat menyusun makalah ini.
Tujuan
disusunnya makalah ini adalah untuk memahami aspek pendidikan agama islam terutama
untuk semangat beribadah kepada Allah SWT. Dan Rasul-Nya. Dengan mempelajari
isi dari makalah ini diharapkan generasi muda bangsa mampu menjadi islam yang
sesungguhnya, saleh, beriman kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan
kepada Allah dan semua pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan
serta ide-ide untuk menyusun makalah ini.
Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin
untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat
kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu kami memohon saran serta komentar
yang dapat kami jadikan motivasi untuk menyempurnakan pedoman dimasa yang akan
datang.
November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB 1
SEMANGAT
BERIBADAH DENGAN MEYAKINI HARI AKHIR
A.
Memahami Makna Beriman Kepada Hari Akhir
1. Ayat Al Qur’an yang
Berhubungan Dengan Hari Akhir
2. Macam-Macam Hari
Akhir/Kiamat
1. Kiamat Sugra (Kiamat Kecil)
2. Kiamat
Kubra (Kiamat Besar)
B.
Peristiwa-Peristiwa Setelah Hari Akhir/Periode Hari Akhir\
1. Yaumul Barzah
2. Yaumul Ba'ats
3. Yaumul Hasyr (Hari
berkumpulnya manusia)
4. Buku Catatan
5. Yaumul Hisab
Dan Mizan
6. As – Sirat
7. Yaumul Jaza' (Hari
Pembalasan)
8. Surga dan Neraka
C. Fungsi
Iman Kepada Hari Kiamat
D. Hikmah
Beriman Kepada Hari Akhir/Kiamat
BAB II
MENGHIDUPKAN NURANI DENGAN BERPIKIR KRITIS
A.
Perintah Berpikir Kritis
B.
Hakekat Berpikir Kritis
BAB III
CERAHKAN NURANI DENGAN SALING MENASIHATI
A.
Perintah Saling Menasehati
1. Pengertian Nasihat
B.
Hukum dan Adab Menyampaikan Nasihat
1. Hukum Menyampaikan Nasihat
2. Adab
Menyampaikan Nasihat
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B. Saran
BAB I
SEMANGAT BERIBADAH DENGAN
MEYAKINI HARI AKHIR
A. Memahami Makna Beriman Kepada
Hari Akhir
Hari akhir menurut bahasa artinya
“Hari Penghabisan” (Q.S.al- baqarah/2:177),
juga disebut “Hari Pembalasan” (Q.S.al-fatihah/1:4). Sedangkan menurut istilah,
Hari Akhir adalah Hari mulai hancurnya alam semesta berikut isinya dan
berakhirnya kehidupan semua makhluk Allah SWT. Hari akhir juga disebut hari
Kiamat, yaitu hari penegakan hukum Allah SWT yang seadil-adilnya (Q.S.
al-mumtahanah/60:3).
1. Ayat Al
Qur’an yang Berhubungan Dengan Hari Akhir
1. Surah
Al-Hajj ayat 7
وَأَنَّ السَّاعَةَ
آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ
“Dan
sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya
Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur”.
(Q.S. Al Hajj ayat 7).
2. Surah
An-Naml ayat 87
“Dan
(ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di
langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua
mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri”.
(Q.S.
An Naml ayat 87)
3.
Surah Az-Zumar ayat 68.
“Siapa yang
di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup
sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing)”.
(Q.S. Az
Zumar ayat 68)
2. Macam-Macam
Hari Akhir/Kiamat
Hari
akhir atau hari kiamat menurut al-Qur’an terbagi atas 2 jenis atau macam yaitu
:
1. Kiamat
Sugra (Kiamat Kecil)
Pengertian
kiamat sugra adalah Peristiwa datangnya kematian bagi semua makhluk termasuk
manusia yang bersifat lokal dan individu. Misalnya tanda-tanda kiamat sugra
adalah kematian, bencana alam seperti, tsunami, gempa bumi, banjir, gunung
meletus, , dan sebagainya. Setelah seseorang mati, rohnya akan berada di alam
Barzah atau alam kubur, alam barzah adalah alam antara dunia dan akhirat.
Kiamat sugra sering terjadi dilingkungan kita yang merupakan suatu teguran
Allah swt. Firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali
Imran/3:185:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan”. (Q.S. Ali Imran ayat 185)
Ada dua kelompok manusia di Alam
barzah, yaitu :
a. Kelompok
yang memperoleh kenikmatan dan rida Allah SWT. Adalah kelompok orang mukmin
yang saleh. Ia akan bisa menjawab semua pertanyaan yang i ajukan dengan baik
tanpa ada rasa takut dan gentar. Kemudian Allah SWT, memperlihatkan kepadanya
salah satu pintu surga tempat tinggalnya nanti yang penuh dengan kebahagiaan
dan kenikmatan.
b. Kelompok
yang memperoleh murka dari Allaw SWT. Adalah kelompok orang –orang yang kafir .
Ia mendengar segala pertanyaan malaikat Mungkar dan malaikat Nangkir itu,
tetapi ia tidak bisa menjawabnya. Kemudian AllahSWT, memperlihatkan kepadanya
salah satu pintu neraka dengan berbagai macam siksaan.
Tanda-Tanda Kecil/ Kiamat Kecil :
- Diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir
- Banyaknya terjadi bencana alam, misalnya gempa bumi, tanah longsor, dan lain-lain
- Banyaknya jumlah kaum perempuan dibanding laki-laki
- Adanya golongan besar yang saling membunuh, namun sama-sama mengakui dirinnya untuk memperjuangkan agama islam.
- Fitnah yang merajalela dengan menimpa kehidupan manusia
- Banyaknya jumlah pembunuhan disebabkan hal yang sepele atau kecil.
- Segala hal atau urusan dipegang oleh bukan ahlinya.
- Manusia tidak memperdulikan lagi ilmu agama
- Adanya Laki-laki telah menyerupai wanita atau sebaliknya
- Timbulnya pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan
- Merajalelanya kemaksiatan
- Minuman keras yang merajalela.
2. Kiamat Kubra (Kiamat Besar)
Pengertian
kiamat kubra adalah kejadian hancurnya alam semesta beserta isinya atau
hancurnya alam semesta seluruhnya termasuk semua penghuni-penghuninya, seperti
manusia, hewan, tumbuhan dan tanda dimulainya kehidupan di akhirat serta
Manusia akan mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya yang pernah
dibuat sewaktu hidup. Tanda-tanda kiamat kubra adalah munculnya dajjal,
matahari terbit dari barat, turunnya ya'juj dan ma'juj.
Tanda-Tanda Besar/Kiamat Besar :
- Munculnya binatang-binatang yang dapat bicara
- Al-Qur'an tidak dianggap lagi sebagai pedoman hidup, melainkan hanya sekadar bahan bacaan biasa
- Munculnya Ya'juj dan Ma'juj, yaitu bangsa yang gemar dengan membuat kerusakan dibumi.
- Banyak manusia yang menjadi kufur dan murtad.
- Munculnya dajjal. Makhluk penyebar fitnah yang membuat manusia meninggalkan agama islam.
- Matahari terbit dari barat dan terbenam dari arah timur.
B. Peristiwa-Peristiwa Setelah Hari Akhir/Periode Hari
Akhir
Setelah alam semesta hancur secara total
semua makhluk Allah berakhir, maka mulailah manusia menjalani tahapan kehidupan
baru dan proses menuju alam baqa’. Tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Yaumul Barzah
Barzakh secara bahasa berarti pembatas atau dinding.
Pengertian yaumul barzah aadlah hari penantian manusia di alam kubur setelah
meninggal. Barzah batas atau perantara antara alam dunia dan alam akhirat. Di
alam inilah manusia akan menunggu hari kebangkitan. Kejadian-kejadian yang akan
dihadapi manusia di alam barzah adalah pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir,
Manusia akan diperiksa amal perbuatannya
dan keimanannya ibadahnya oleh malaikat Munkar dan
Nakir, Nikmat dan siksa kubur.
2. Yaumul Ba'ats
Pengertian Yaumul Ba'as adalah hari bangkitnya seluruh
makhluk dari kuburnya, sejak manusia pertama hingga berakhir. Penegasan Allah
SWT terhadapnya hari kebangkitan terdapat dalam Q.S. An Nahl ayat 38, artinya :
"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh
: "Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian),
bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari
Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Q.S. An Nahl :38). dan
Surat Yaasin ayat 51, artinya : " Dan ditiuplah sasangkala, maka tiba-tiba
mereka ke luar dengan segera di kuburnya (menuju) kepada Tuhan
mereka. (Q.S. Yaasin :51).
3. Yaumul Hasyr (Hari berkumpulnya
manusia)
Pengertian Yaumul Hasyr adalah fase manusia digiring
ke suatu tempat yang bernama Padang Mahsyar setelah kebangkitan dari
kubur. Allah SWT berfirman : "Dan kami kumpulkan mereka, maka kami tidak
meninggalkan mereka seorang pun". (Q.S. Al Kahli : 47).
4. Buku Catatan
Setiap manusia di alam mahsyar mempunyai buku catatan
(kitab perjalanan hidup) yang sudah dicatat malaikat raqib dan atid. Kitab
catatan ini berisi semua perbuatan dan perkataan manusia sewaktu hidup di
dunia.
Dan “Kitab-kitab Amal” juga tetap
akan dibentangkan, maka engkau akan melihat orang-orang yang berdosa itu,
merasa takut akan apa yang tersurat di dalamnya; dan mereka akan berkata:”
Aduhai celakanya kami, mengapa kitab ini demikian keadaannya? Ia tidak
meninggalkan yang kecil atau yang besar, melainkan semua dihitungnya!” Dan
mereka dapati segala yang mereka kerjakan itu sedia (tertulis di dalamnya); dan
(ingatlah) Tuhanmu tidak berlaku zalim kepada seseorangpun.
5. Yaumul Hisab Dan Mizan
Pengertian Yaumul
Hisab adalah hari ketika Allah SWT memperlihatkan semua amalan di akhirat untuk
dihisab. Segala dosa besar dan kecil dihitung dengan seksama dan teliti. Ketika
amalan mereka dihitung, anggota tubuh mereka ikut menjadi saksi.
Firman Allah Swt :
Pada hari lidah mereka dan tangan
mereka serta kaki mereka menjadi saksi terhadap diri mereka sendiri, tentang
segala yang mereka lakukan. (Q.S. an-nur/24:24)
Pengertian Yaumul Mizan adalah hari dihitung dan
ditimbang amal perbuatannya selama dunia akhirat.
Allah SWT berfirman : "Kami
akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah yang
dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat
biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai
pembuat perhitungan. "(Q.S. Al-Anbiya : 47).
6. As – Sirat
As – Sirat adalah
jembatan yang terbentang di atas neraka menuju surga. Mudah atau sulitnya
melewati As-Sirat itu tergantung kepada amal setiap manusia
Rasulullah saw. Bersabda :
“Terbentang
lah jembatan (As-Sirat) itu diantara dua tepi neraka Jahannam”
7. Yaumul Jaza' (Hari Pembalasan)
Pengertian yaumul
jaza' adalah hari ketika Allah SWT memberi keputusan kepada manusia. Balasan
yang diterima seseorang sesuai dengan amalnya selama ia hidup didunia.
Firman Allah :
Pada hari tiap-tiap jiwa diberi
balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini.
Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan. (Q.S.al-mukmin/40:17)
8. Surga dan Neraka
Surga adalah tempat yang penuh
dengan berbagai kenikmatan, yang disediakan Allah bagi orang-orang yang
bertakwa, Sedangkan Neraka adalah tempat yang penuh dengan berbagai siksaan,
yang disediakan Allah bagi orang-orang yang durhaka.
C.
Fungsi Iman Kepada Hari Kiamat
- Menyadari bahwa alam seisinya akan hancur lebur maka setiap orang muslim harus banyak melakukan amal kebaikan serta menjauhi segala amal perbuatan yang tidak baik atau menjauhi larangan Allah swt.
- Mengingat bahwa hidup di dunia ini merupakan sawah ladang kehidupan alam akhirat atau merupakan jembatan untuk menuju ke alam akhirat maka kita harus membelanjakan atau menginfakkan sebagian harga untuk menghindari diri dari sifat rakus, tamak, dan kikir.
- Berani dan tidak takut mati karena membela agama, serta menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam.
- Tidak iri terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain.
- Dapat menenteramkan jiwa orang yang mendapat perlakukan kurang adil.
D. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir/Kiamat
- Hikmah beriman pada hari akhir (hari kiamat), antara lain sebagai berikut...
- Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT Mahakuasa dan Mahaadil.
- Memberikan dorongan untuk membiasakan diri dengan sikap dan perilaku terpuji (akhlaqul-karimah) dan menjauhkan diri dari sikap serta perilaku tercela (akhlaqul-mazmumah)
- Memberi dorongan untuk bersikap optimis dan tawakal, serta sabar meskipun tertimpa berbagai kemalangan.
BAB II
MENGHIDUPKAN
NURANI DENGAN BERPIKIR KRITIS
A. Perintah Berpikir Kritis
Berpikir kritis didefenisikan beragam oleh para pakar. Menurut Mertes,
berpikir kritis adalah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan
dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan
kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.
Berangkat dari definisi di atas,
sikap dan tindakan yang mencerminkan berpikir kritis terhadap ayat-ayat Allah
Swt. (informasi Ilahi) adalah berusaha memahaminya dari berbagai sumber,
menganalisis, dan merenungi kandungannya, kemudian menindaklanjuti dengan sikap
dan tindakan positif.
Salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah banyaknya ayat yang
memuat informasi terkait dengan penciptaan alam dan menentang para pembacanya
untuk merenungkan informasi ilahi tersebut. Di antara ayat yang dimaksud adalah
firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali Imran/3:190-191 berikut:
﴿ە۱۹﴾ ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ
وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ
هَٰذَا بَٰطِلًۭا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ﴿۱۹۱﴾
Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau
dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini
sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS.
Ali-‘Imran: 190-191).[1][1]
B. Hakekat Berpikir Kritis
Definisi tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memberikan
definisi bahwa berpikir kritis adalah “berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau
dilakukan”. Salah satu contoh kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan
“membuat ramalan”, yaitu membuat prediksi tentang suatu masalah, seperti
memperkirakan apa yang terjadi besok berdasarkan analisis terhadap kondisi yang ada hari ini.
Dalam Islam, masa depan yang
dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu
diakhirat. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yang pikirannya
jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jika kita sudah tahu bahwa kebaikan
dan keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan
kita, harus ada pertimbangan akal sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan
menempatkan kita diposisi yang rendah di akhirat. “Berpikir sebelum bertindak”,
itulah motto yang harus menjadi acuan orang “cerdas”.
BAB III
CERAHKAN NURANI
DENGAN SALING MENASIHATI
A. Perintah Saling Menasehati
1.
Pengertian Nasihat
Sesungguhnya nasihat itu diperuntukkan
bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, dan bagi kaum mukminin. Nasihat adalah perkara
yang sangat agung bagi setiap muslim. Bahkan, Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam menjadikannya sebagai pokok ajaran agama, ketika
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Agama itu adalah nasihat. “ Kami berkata: “Kepada
siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “ Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya,
dan para imam kaum Muslimin serta segenap kaum Muslimin.”
Nasihat
merupakan kata yang ringkas, tapi memiliki makna yang tersirat di dalamnya.
Secara bahasa kata nasihat berarti ikhlas. Dikatakan نصحت العسل, artinya: aku
menjernihkan madu.[2,3]
Imam
al-Khaththabi rahimahullah mengatakan bahwa kata nasihat
diambil dari lafadz “nashahar-rajulu tsaubahu” (نَصَحَ الرَّجُلُ
ثَوْبَهُ), artinya, lelaki itu menjahit pakainnya. Para ulama mengibaratkan
perbuatan penasihat yang selalu menginginkan kebaikan orang yang dinasihatinya,
sebagaimana usaha seseorang memperbaiki pakaiannya yang robek.[4]
Nasihat adalah perkara yang penting
sehingga setiap muslim wajib memperhatikan dan melakukannya kepada orang lain.
Sampai-sampai Nabi Muhammadshallallaahu ‘alaihi wa sallam mengambil
bai’at atasnya dan selalu mengikat diri dengannya karena sangat memperhatikan
masalah nasihat ini.
Diriwayatkan dari Jarir radhiyallaahu‘anhu:
“Aku berbai’at (berjanji setia) kepada Rasulullaah shallallaahu
‘alaihi wa sallam untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan
memberi nasihat kepada setiap muslim.”
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam menjadikan nasihat yang tulus kepada seorang muslim
sebagai bagian dari hak-haknya yang harus ditunaikannya oleh saudaranya
sesama Muslim.
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hak Muslim atas Muslim lainnya ada enam:
jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya; jika ia
mengundangmu, maka penuhilah undangannya; jika ia meminta nasihat kepadamu,
maka nasihatilah ia…”
B. Hukum dan Adab Menyampaikan Nasihat
1. Hukum Menyampaikan Nasihat
Imam
Ibnu Daqiq mengatakan bahwa hukum memberikan nasihat adalah fardhu kifayah,
jika ada pihak yang memenuhi syarat telah menjalankannya, maka gugurlah
kewajiban dari selainnya. Dan memberi nasihat harus disesuaikan dengan menurut
kadar kesanggupan seseorang.
2. Adab Menyampaikan Nasihat
Alangkah
indahnya jika diantara kaum muslimin mengetahui adab-adab dalam bernasihat,
saling menasihati dalam kebaikan akan timbul rasa cinta dan ukhuwah yang
tinggi. Adapun adab-adab dalam bernasihat menurut ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi
as-Sayyid Nada ada lima adab, diantaranya adalah:
a. Niat yang Benar
Hendaklah
orang yang memberikan nasihat kepada orang lain meniatkannya semata-mata
mengharapkan Wajah Allah subhanahu wa ta’ala serta mencari
pahala dan balasan dari-Nya. Sebab, nasihat yang diberikan kepada kaum Muslimin
mengandung pahala yang sangat agung. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallamsendiri menganggapnya sebagai inti dari ajaran agama, yaitu dalam
sabda beliau :
“Agama
itu adalah nasihat”.
Demikian
juga nasihat bagi Allah, bagi kitab-Nya, dan bagi Rasul-Nya. Makna nasihat bagi
Rasul-Nya adalah meneladani dan mentaati Nabi dalam melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan-Nya. Semua itu wajib dikerjakan karena Allah ta’ala, ikhlas
semata-mata mengharapkan Wajah-Nya dan pahala dari-Nya, serta mencari
keridhaan-Nya. Dengan demikian, ikhlas adalah syarat diterimanya amal shalih.
[9,10]
b. Memberikan Nasihat kepada Seorang
Muslim Walaupun Tidak Diminta
Ini
merupakan kesempurnaan nasihat untuk saudaramu sesama muslim. Jika engkau
mendapatinya hampir terjatuh ke dalam suatu keburukan, melakukan pelanggaran
syar’i, berbuat sesuatu yang memudharatkan dirinya, atau perbuatan yang
lainnya, maka segera nasihatilah saudaramu itu walaupun ia tidak memintanya.
Demikian itu bukanlah termasuk sikap yang lancang, bahkan kesempurnaan nasihat
dan bentuk kepedualianmu kepadanya. Hendaklah pula bersabar terhadap reaksi tidak baik yang engkau
terima darinya. Misalnya, ia menuduhmu sebagai pihak luar yang suka turut
campur, menudingmu ikut campur dalam masalah yang bukan urusanmu, atau yang
lainnya. Karena, sesungguhnya engkau melakukannya hanya karena mengharapkan
pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala.
c. Mencari Cara Terbaik dalam Menyampaikan
Nasihat
Ketahuilah
bahwasanya setiap manusia apabila diingatkan dengan maksud untuk mengupas
aibnya, kejelekannya dan kekurangannya maka hal itu diharamkan. Namun apabila
di dalamnya terdapat maslahat bagi kaum muslimin secara khusus dengan maksud
tanpa merendahkannya maka itu bukan perkara yang diharamkan namun dianjurkan. Oleh
karena itu kita harus mengetahui cara yang sesuai dengan orang yang dinasihati.
Pada
kondisi-kondisi tertentu, engkau dapat memberikan nasihat kepada seseorang
secara langsung. Namun, terkadang nasihat disampaikan dengan cara memberikan
contoh berupa amal perbuatan, yang tujuannya adalah memberikan nasihat. Maka
dari itu, cara penyampaian nasihat berbeda-beda menurut keadaan orang yang
dinasihati, seperti terhadap anak kecil, orang dewasa, atau orang yang memiliki
kedudukan tinggi di tengah masyarakat. Tidak semua cara cocok untuk semua orang.
d. Memberi Nasihat Secara Umum dalam
Urusan Agama dan Dunia
Hendaklah
orang yang memberikan nasihat kepada saudaranya sesama Muslim Memberikannya
dalam setiap urusan, baik agama maupun dunia. Maksudnya, dalam perkara-perkara
yang ia ketahui atau ia pandang bermanfaat bagi orang tersebut dalam urusan
agama dan dunianya.Kapan saja engkau mendapati kesempatan atau peluang untuk
memberikan nasihat kepada saudaramu sesama muslim, maka janganlah engkau
menahan diri untuk melakukannya. Apabila engkau melihatnya lalai dalam
mengerjakan amalan agama yang wajib baginya, maka berikanlah nasihat atas
perkara itu. Jika engkau melihatnya jatuh dalam perkara haram, maka berikanlah
nasihat kepadanya untuk meninggalkannya.
Apabila
engkau melihatnya akan melakukan sesuatu dari urusan-urusan dunia dan engkau
melihat bahwa maslahat baginya adalah menjauhi perkara tersebut dan
meninggalkannya, maka berilah nasihat kepadanya untuk itu. Jika engkau
mendapati ia lalai dalam melaksanakan suatu urusan yang bermanfaat baginya,
maka berilah nasihat kepadanya dan ingatkanlah ia. Demikian pulalah
ilustrasi-ilustrasi lainnya. Sesungguhnya wajib atas setiap muslim untuk
mencintai saudaranya sesama muslim dalam semua urusan yang ia sukai bagi
dirinya sendiri dari kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat.
e. Merahasiakan Nasihat
Hendaklah
seseorang memberikan nasihat secara diam-diam, tidak terang-terangan di hadapan
orang lain. Sebab, manusia pada umumnya tidak mau menerima nasihat apabila
diberikan di hadapan orang lain karena hal itu dapat mempermalukannya atau
mengesankan kerendahan dan kehinaannya. Oleh karena itu, akan bangkitlah
keangkuhannya sehingga menyebabkannya menolak nasihat yang disampaikan. Nasihat
pada kondisi tersebut sama dengan membongkar aib dan nasihat ini hampir semakna
dengan merendahkannya. Dan para ulama salaf pun membenci perbuatan amar ma’ruf
nahi munkar dengan bentuk merendah-rendahkan di hadapan orang banyak dan
mencintai jika memberikan nasihat secara diam-diam.
Adapun
nasihat yang diberikan dengan diam-diam tidaklah mengandung makna seperti itu,.
Oleh sebab itu, biasanya orang yang dinasihati menerima jika nasihat untuknya
tidak disampaikan secara terang-terangan. Niscaya orang yang dinasihati tidak
merasa keberatan atau tertekan untuk menerima nasihat tersebut. Sehingga
apabila seseorang menerima suatu nasihat dari orang yang menginginkan kebaikan
darinya supaya mencegah dari hal yang dilarang, kemudian ia menerimanya, taat,
tunduk dan mengetahui baiknya nasihat tersebut maka hal itu diumpamakan seperti
menginginkan kebaikan kepada orang yang dinasihati.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beriman kepada Allah
SWT. akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus asa, sebab yang menimpanya
ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan
memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang.Olehkarena itu,jika kita tertimpa musibah maka
ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut
Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.Karena dalam
kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal yang
dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari
takdir yang terbaik dari Allah.
B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap
perilakunya sehari-hari.Oleh karena itu,penulis menyarankan agar kita
senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita
senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT.Juga keyakinan kita
terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal
ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan
bertawakal dalam menghadapi takdir Allah SWT.
[1][1] Al-Qur’an, Syaamil Al-Qur’an
Terjemah Per-Kata, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama
Republik Indonesia, 2009, hlm. 75
Casino Site - Live Casino Review 2021
BalasHapusCasino Site review and list of popular casino sites, including games, bonuses, security, luckyclub mobile games, live dealer, VIP program, What Are The Benefits Of Live Casino?How Can I Deposit Money At Live Casino Online?